Sabtu, 24 Maret 2012

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya

- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA -


Cerita bermula ketika aku masih kecil , aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, Ibu sering memberikan porsi nasinya
untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, Ibu berkata :
"Makanlah nak ,Ibu tidak lapar".


-KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA-


Ketika saya mulai tumbuh dewasa , Ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah , Ibu berharap dari ikan hasil pancingan ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan . Sepulang memancing , Ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera . Sewaktu aku memakan sup ikan itu , Ibu duduk disamping saya dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan . Aku melihat Ibu seperti itu , hatiku tersentuh , lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada Ibu. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya , dan Ibu berkata :
"Makanlah nak... , Ibu tidak suka ikan"


-KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA-


Sekarang aku sudah masuk SMP , demi membiayai sekolah abang dan kakakku , Ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel , dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. aku terbangun dari tempat tidurku , melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah , sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum manis dan berkata :
"Cepatlah tidur nak, ibu tidak capek"


-KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT-


Ketika ujian tiba, Ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh , aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :
"Minumlah nak , Ibu tidak haus!"


-KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA-


Setelah kepergian ayah karena sakit , Ibu harus merangkap sebagai ayah dan Ibu . Dengan berpegang pada pekerjaan Ibu yang dulu , dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri . Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondis keluarga yang semakin parah , ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku membantu ibu baik masalah besar maupun masalah kecil . Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara , seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi . Tetapi ibu yang memang 'keras kepala' tidak mengindahkan nasehat mereka , ibu berkata :
"Ibu tidak butuh cinta".


-KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM-


Setelah aku , kakakku tamat dari sekolah dan bekerja , ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun . Tetapi ibu tidak mau , ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu , tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut . Ibu berkata :
"Ibu sudah punya uang"
 

-KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH-


Setelah lulus dari S1 , aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di
Amerika. Tetapi Ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Nak...Ibu tidak terbiasa"


-KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN-

Setelah memasuki usianya yang tua , Ibu terkena penyakit kanker lambung & harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat Ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku
terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap ibu sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata :
"Jangan menangis nak... , Ibu tidak sakit"



Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
" Terima kasih ibu ! "

Untuk Bahan Renungan Kita Bersama.
Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan
waktu kita untuk Berbincang & Berbagi dengan Ibu kita?

Di tengah- tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan kekasih kita, kita pasti lebih peduli dengan kekasih kita . Buktinya , kita selalu cemas akan kabar kekasih kita , cemas apakah dia sudah makan atau belum , cemas apakah dia bahagia bila di samping kita . Namun , apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari Ibu kita?
Cemas apakah Ibu kita sudah makan atau belum?
Cemas apakah Ibu kita sudah bahagia atau belum?
Apakah ini benar?
Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi.. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi Ibu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata"MENYESAL" di kemudian hari.

sumber : posting salah satu sahabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu