Rabu, 07 Maret 2012

Membeli Waktu Ayah

''MEMBELI WAKTU AYAH''

Seperti biasa Rudi, kepala
cabang di sebuah perusahaan
swasta terkemuka di Jakarta,
tiba di rumahnya pada pukul 9
malam. Tidak seperti biasanya,
Imron, putra pertamanya yang
baru duduk di kelas dua SD yang
membukakan pintu. Ia
nampaknya sudah menunggu
cukup lama.
“Kok, belum tidur?” sapa
Rudi sambil mencium anaknya.
Biasanya, Imron memang sudah
lelap ketika ia pulang dan baru
terjaga ketika ia akan berangkat
ke kantor pagi hari.
Sambil membuntuti sang ayah
menuju ruang keluarga, Imron
menjawab, “Aku nunggu Ayah
pulang. Sebab aku mau tanya
berapa sih gaji Ayah?”
“Lho, tumben, kok nanya gaji
Ayah? Mau minta uang lagi,
ya?”
“Ah, enggak. Pengen tahu
aja.”
“Oke. Kamu boleh hitung
sendiri. Setiap hari Ayah bekerja
sekitar 10 jam dan dibayar Rp
400.000,-. Dan setiap bulan
rata-rata dihitung 25 hari kerja,
Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan
berapa, hayo?”
Imron berlari mengambil kertas
dan pensilnya dari meja belajar,
sementara ayahnya melepas
sepatu dan menyalakan televisi.
Ketika Rudi beranjak menuju
kamar untuk berganti pakaian,
Imron berlari mengikutinya.
“Kalau satu hari ayah dibayar
Rp 400.000,- untuk 10 jam,
berarti satu jam ayah digaji Rp
40.000,- dong,” katanya.
“Wah, pinter kamu. Sudah,
sekarang cuci kaki, bobok,”
perintah Rudi.
Tetapi Imron tak beranjak.
Sambil menyaksikan ayahnya
berganti pakaian, Imron kembali
bertanya, “Ayah, aku boleh
pinjam uang Rp 5.000,-
nggak?”
“Sudah, nggak usah macam-
macam lagi. Buat apa minta
uang malam-malam begini?
Ayah capek. Dan mau mandi
dulu. Tidurlah.”
“Tapi, Ayah…” Kesabaran
Rudi habis.
“Ayah bilang tidur!”
hardiknya mengejutkan Imron.
Anak kecil itu pun berbalik
menuju kamarnya. Usai mandi,
Rudi nampak menyesali
hardikannya, Ia pun menengok
Imron di kamar tidurnya. Anak
kesayangannya itu belum tidur.
Imron didapatinya sedang
terisak-isak pelan sambil
memegang uang Rp 15.000,- di
tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus
kepala bocah kecil itu, Rudi
berkata, “Maafkan Ayah, Nak.
Ayah sayang sama Imron. Buat
apa sih minta uang malam-
malam begini? Kalau mau beli
mainan, besok’ kan bisa.
Jangankan Rp 5.000,- lebih dari
itu pun ayah kasih.”
“Ayah, aku nggak minta uang.
Aku pinjam. Nanti aku
kembalikan kalau sudah
menabung lagi dari uang jajan
selama minggu ini.”
“Iya, iya, tapi buat apa?”
tanya Rudi lembut.
“Aku menunggu Ayah dari jam
8. Aku mau ajak Ayah main ular
tangga. Tiga puluh menit saja.
Ibu sering bilang kalau waktu
Ayah itu sangat berharga. Jadi,
aku mau beli waktu ayah. Aku
buka tabunganku, ada Rp
15.000,-. Tapi karena Ayah
bilang satu jam Ayah dibayar Rp
40.000,-, maka setengah jam
harus Rp 20.000,-. Duit
tabunganku kurang Rp 5.000,-.
Makanya aku mau pinjam dari
Ayah,” kata Imron polos.
Rudi terdiam. Ia kehilangan
kata-kata. Dipeluknya bocah
kecil itu erat-erat.


Semoga kita bisa lebih menghargai waktu u/ keluarga tercinta...


Mari Bermimpi...
Mari Berbagi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu